Selasa, 31 Januari 2012

Hip Hop Diningrat: A Documentary Film


Hiphopdiningrat adalah film dokumenter yang merupakan potret perjalanan sebuah komunitas hip hop dari kota Yogyakarta, dimana mereka mencampurkan musik urban dengan tradisi akar mereka, termasuk bahasa Jawa, tanpa tendensi kontemporer. Jogja Hip Hop Foundation memulainya dengan pentas-pentas di Kampung hingga ke panggung Internasional. Film yang sudah mendapatkan banyak highlight dari berbagai media ini, adalah hasil ketekunan Marzuki Mohammad aka Kill the DJ, sebagai pendiri Jogja Hip Hop Foundation, yang rajin mendokumentasikan berbagai aktivitasnya sejak 2003, kemudian dibantu oleh temannya Chandra Hutagaol sebagai Co-Director untuk menyusunnya menjadi sebuah kisah yang layak untuk ditonton. *) MARZUKI MOHAMMAD Lahir di sebuah desa di Prambanan, 1976, mempunyai alias Kill the DJ sejak 1999 ketika masih aktif bekerja di seni rupa dan electronic music, itu kenapa dia menuliskan tag line Electronika-Hip Hop-Visual dibawah namanya. Tahun 2003 mendirikan Jogja Hip Hop Foundation untuk mempromosikan hip hop Jawa hingga sekarang. Selain di Jogja Hip Hop Foundation, dia juga aktif terlibat di berbagai kegiatan kesenian, khususnya dunia sub-kultur, juga berbagai kegiatan sosial di Yogyakarta. **) CHANDRA HUTAGAOL Pemuda kelahiran Tapanuli 1979 ini mulai menetap dan tinggal di Yogyakarta sejak SMA, bekerja sebagai editor lepas untuk berbagai macam proyek audio visual, kebanyakan proyek seni dan dokumenter, selain sebagai co-director di Hiphopdiningrat, dia juga editor untuk film Menggelar Indonesia (2010)karya Jennifer Lindsay.

Jogja Hip Hop Foundation Show di New York





Jogja Hip Hop Foundation (JHF) dengan bangga mengabarkan bahwa crew yang dikenal sebagai Java Hip Hop ini akan show di New York, sebuah kota yang sangat spesial dalam sejarah lahirnya musik rap dan kultur hip-hop. Show kali ini diundang oleh Asia Society, sebuah institusi art and culture exchange yang sangat prestisius.
Pertunjukkan akan berlangsung tanggal 14 Mei 2011, di Asia Society Center, 725 Park Avenue, NY. Selain show, JHF juga akan memutar film dokumenter mereka; Hiphopdiningrat, dan public lecture. Show kali ini adalah proyek yang tertunda. Awalnya direncanakan pada Desember 2010, kemudian Januari 2011, tapi karena ada banyak kendala teknis, kemudian mundur hingga bulan Mei.
Pada show di NYC kali ini, JHF mengkonfirmasi bahwa salah satu crew mereka, Lukman Hakim a.k.a Radjapati dipastikan tidak bisa berangkat karena tidak mendapatkan visa. JHF akan ditemani Soimah Pancawati sebagai Sinden dan DJ Vanda.
JHF sangat percaya diri menggunakan lirik rap berbahasa Jawa dengan musik hip hop yang dicampur dengan rhythm tradisional Jawa, setelah hampir satu dasawarsa beridiri, pilihan itu kini memberi berkah buat mereka dengan banyaknya undangan untuk pentas di luar negeri, apa yang mereka kerjakan dianggap sebagai ekspresi cross culture yang brilian.
“Kita tidak pernah punya tendensi kontemporer, Java Hip Hop adalah kejujuran, selamanya akan seperti itu. Tapi jika apa yang kita kerjakan dianggap seni, itu hak mereka”, demikian Marzuki Mohammad a.k.a Kill the DJ, founder dan produser JHF menanggapi.
Setiap pilihan punya resiko dan jalannya sendiri-sendiri, dengan konsistensi dan kualitas, JHF semakin membuktikan bahwa tidak perlu berkecil hati untuk berpijak pada akar tradisi dan lingkungan sekitar. Mungkin pilihan itu membuat mereka susah masuk industry musik di tanah air, tapi JHF tidak pernah menyerah dengan hal itu.
“Kaki kami masih berpijak pada bumi yang membesarkan kami, namun kepala bisa mengembara kemana pun kita mau. Semoga kami selalu dikaruniai rasa cinta dan kesederhanaan terhadap apa yang kami kerjakan”, Kill the DJ menegaskan bagaimana semuanya berjalan sangat natural.


JHF Management

Senin, 30 Januari 2012

Mantra-Mantra Jawa di New York (sebuah catatan perjalanan)


Akhirnya mimpi itu terwujud juga. Prosesnya sangat berbelit, tidak gampang menghadirkan Jogja Hip Hop Foundation (JHF) ke New York.
Pertama, banyak masalah teknis sehingga pementasan ekslusif JHF di New York ini harus mundur hingga tiga kali sejak Desember 2010, kemudian Januari 2011, dan akhirnya terlaksana Mei 2011.
Kedua, bagaimana memberikan konteks yang tepat pementasan ekslusif ini kepada publik di New York, mengingat JHF menggunakan lirik dan musik hip hop yang berpijak pada akar tradisi Jawa. Namun dengan komitmen yang tinggi dari Asia Society, sebuah institusi prestisius pertukaran seni dan budaya antara Asia – USA, akhirnya berhasil menghadirkan JHF di New York, sebuah group hip hop Indonesia pertama yang konser secara ekslusif di kota kelahiran musik hip hop.
New York bukanlah kota yang mudah untuk ditaklukkan. Namun New York juga kota yang sangat multikultur, dimana orang dari seluruh dunia ada di sana, dengan demikian New York bisa menerima dan menghargai perbedaan. Rachel Cooper, sebagai direktur program seni pertunjukkan Asia Society, mengkonfirmasikan kepada saya seusai pentas;
“Awalnya saya sempat khawatir dengan publik Amerika yang skeptis terhadap program ini, Java Hip Hop? So what? Tapi setelah pertunjukan merasa lega, karena JHF sangat pandai mengikis perbedaan dengan komunikasi yang dibangun diatas panggung”.
Mendengar hal itu, saya kemudian melihat diri kami sendiri. Bagi kami, JHF adalah realitas, bukan sekedar produk yang diciptakan, kami selalu menikmati musik dan panggung dengan gairah yang penuh dan jujur. Kami selalu percaya, bahwa kejujuran akan membawa penonton masuk ke dalam jiwa pertunjukkan dan mengikis segala perbedaan, termasuk bahasa. Seluruh penonton di auditorium itu menangkap energi yang kami berikan, hingga meninggalkan kursi dan berdiri untuk bergoyang mengikuti hentakan musik hip hop dalam bingkai mantra-mantra Jawa.
Seni selalu bisa menjebatani perbedaan, membangun kesepahaman, memanggil jiwa manusia untuk saling berbincang dalam bahasanya sendiri.
Seperti halnya seniman tradisional yang agraris, kepada musik, kepada panggung, kami selalu percaya. Bukan kepada yang lain.
Seminggu di New York, adalah bingkai waktu yang spesial bagi kami, ini adalah kota dimana rap musik dan kultur hip hop lahir. Orang menyebutnya perjalanan ke New York adalah naik haji ala hip hop.
Seluruh crew JHF sangat senang bisa menghadiri block party di distrik Bronx, dimana rap musik lahir di sana, berfoto bersama legenda, dan menikmati attitude yang kasar khas distrik tersebut.
Selain itu kami juga menyempatkan diri membuat klip dengan mengambil lokasi di Time Square NYC, bernyanyi di tengah kerumunan dan mengundang perhatian publik. Kami benar-benar menguasai ruang publik itu. Sebuah komentar twitter saya pinjam untuk menggambarkan situasi ini;
“a Java Hip Hop Crew with Batik shirt, oversized pant, with no lots of jet leg, hit Time Square NYC”.
Pada dua hari terakhir, teman-teman berbelanja seperti orang gila. Membeli aneka cindera mata untuk orang-orang tersayang. Seolah tidak ada hari esok, seolah kami tidak akan bisa kembali lagi ke New York.
Namun oleh-oleh yang paling menggembirakan adalah proposal dari Center Stage US, sebuah program yang menawarkan proposal tour 10 kota untuk JHF tahun 2012.
Sepulang dari New York, kami merencanakan sebuah konser di tengah kampung dengan sound system seadanya, dari sana kami berasal.