Pengamat yang juga perintis band hip-hop di Bandung, Morgue Vangard atau lebih dikenal sebagai Ucok Homicide, mengatakan kreativitas hip-hop Bandung cukup beragam. Pemakaian bahasa Sunda, lirik nakal, humor, atau mencampur musik lain dengan hip-hop dianggapnya sah saja.
“Iwa K dulu kan pernah membuat Batman Kasarung. Yang penting kualitasnya terjaga,” ujar pentolan band hip-hop Homicide yang kini telah bubar itu saat berbincang dengan Tempo, akhir pekan lalu.
Ukuran kualitas band hip-hop bisa dilihat dari bagaimana pengolahan rima lirik, metafora yang dipakai, cara penyampaiannya, serta musik penunjang yang bagus. Hip-hop, kata dia, memang harus beda dan musisinya berani menampilkan jati diri kelompoknya. Adapun ukuran kesuksesan band hip-hop bukan dari omzet penjualan album. “Kalau bisa diapresiasi dan membuat perubahan di masyarakat, atau komunitasnya sendiri paling tidak, itu sudah bagus,” katanya.
Di luar negeri, kata Ucok, band hip-hop sudah banyak yang sanggup mengubah sastra, kebijakan politik, perubahan sosial, tatanan masyarakat, hingga sanggup membuat sistem perekonomian sendiri. Di Bandung, bisa dibilang hip-hop sedang surut. “Surutnya sudah kelamaan,” katanya.
Masa emas hip-hop di Bandung pernah terjadi sepanjang 2000-2007. Di masa awal, diantaranya ada D’Army, Molothuvz, Homicide, dan Bandung Click. Menurut Ucok, saat itu tumbuh komunitas dan muncul album-album baru. Bahkan empat elemen hip-hop, yaitu DJ, musik rap, break dance,dan grafiti.
Tapi, sekarang, Ucok berani bilang, scene atau komunitas hip-hop di Bandung sudah tidak ada di dunia nyata. Di dunia maya memang bermunculan komunitas hip-hop seperti di Bandung, Bandung Selatan, juga Jatinangor dan Sumedang. “Tapi, hasil karyanya paling cuma 1-2 album setahun,” katanya. Selain itu, banyak anggota komunitas yang berjalan sendiri-sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar