(ndoys verse)
saat kau diujung jalan malam itu
kau pikirkan dirimu, kau sadari hidupmu
dan kau pun tau, tinggal sepenggal sepi
lepas dari jemari hari-hari yg letih dan pasi
sebuah cermin sepasang mata rusuh
menyelundup ke dalam hatimu
dirimu terlalu terpaku
ada sesuatu yg mengalir lambat dan tenang di dirimu
seperti perjalanan sungai musim kemarau
menuju tempat yang sangat asing
yang tak kan kau kenal, barang kali laut?
ah mana mungkin, karna laut terlalu luas dan gagah
bagai air mata yang jatuh
menggenang di atas sehelai kertas tanpa tulisan apapun
dan tak tampak sedikit pun
meninggalkan cuma jejak-jejak samar tak kasat mata
**REFF
dan kau... kini kau mengerti... artinya hidup ini
...
dalam gelap, dalam terang... kenangan ber-guguran.
..
dan tak kan kembali, kenangan yang lalu, semuanya berlalu
kini kau terpaku, segera kau sadari, hidupmu tinggal lah separuh sepi...
(zain verse)
seorang pertapa menemukannya
dibawah tong sampah diujung jalan
lalu diubahnya menjadi sebuah kapal udara
dan diterbangkannya begitu tinggi keangkasa
kapal itu melesat begitu cepat
layaknya pesawat tempur yg begitu hebat
namun jatuh kesungai sempit dan penat
(menjadi rakit dengan sebuah bentuk yang aneh)
kau kenang kembali anak perempuan
yang berlari lincah dan kerap berhenti di tepi sungai
melemparkan batu2 sebesar gundu
kepermukaan air sungai yang mengalir lamban
percikan air menyentuh betisnya yang telanjang
kau cubit pipi anak itu, dengan gemas dan riang
diam-diam hatimu.... didera rasa takut
kehilangan gelak tawanya yang lepas
**REFF
dan kau... kini kau mengerti... artinya hidup ini...
dalam gelap, dalam terang... kenangan ber-guguran...
dan tak kan kembali, kenangan yang lalu, semuanya berlalu
kini kau terpaku, segera kau sadari, hidupmu tinggal lah separuh sepi...
(holza verse)
entah kenapa, tiba-tiba saja kau membenci kodok diatas batu
barang kali mukanya yang buruk mengingatkanmu
pada sicebol jahat
yang hobinya suka menculik anak-anak
tak kau jawab pertannyaannya
tentang mengapa katak berjalan melompat-lompat
kau hanya bisa terdiam tanpa kata-kata
kau berlalu begitu saja tanpa kau berikan jawaban yg dipinta
kini pagi menjemput lebih cepat
diam-diam hatimu smakin cemas kehilangan gelak tawanya yang lepas
kau kenang kembali memori anak perempuan
yang berlari lincah sepanjang sungai
sinar matahari berebut menerobos
jendela kamar terjebak lantai marmar
segera kau sadar hidupmu tinggal separuh sepi
tanpa suara kenangan berguguran kedalam hati
**REFF
dan kau... kini kau mengerti... artinya hidup ini...
dalam gelap, dalam terang... kenangan ber-guguran...
dan tak kan kembali, kenangan yang lalu, semuanya berlalu
kini kau terpaku, segera kau sadari, hidupmu tinggal lah separuh sepi...
Sabtu, 11 Februari 2012
Sabtu, 04 Februari 2012
Hip Hop Jawa Juga Istimewa
Hip Hop Jawa Juga Istimewa
Lahir dari jalanan, musik hip hop berbahasa Jawa terus berkembang. Saat ini, jenis musik itu menjadi bagian keistimewaan Yogyakarta. Lagu mereka, ”Jogja Istimewa” berkumandang di hadapan puluhan ribu rakyat Yogyakarta untuk meneguhkan dukungan terhadap keistimewaan Yogyakarta.
Holobis kuntul baris, Jogja tetap istimewa. Istimewa negerinya, istimewa orangnya. Jogja istimewa untuk Indonesia,” demikian syair pembuka ”Jogja Istimewa” mengumandang dari panggung di depan Gedung DPRD DIY, Senin lalu.
Lagu rap itu dinyanyikan kelompok musik hip hop Jawa Ki Jarot (Jogja Hip Hop Foundation) untuk mendorong DPRD DIY mendukung penetapan Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Senin siang itu, ”Jogja Istimewa” mengalun di radio-radio di Yogyakarta. Lagu itu dinilai pas mewakili perasaan warga Yogyakarta di tengah polemik pemilihan-penetapan kepala daerah DIY.
Meski dinyanyikan selengekan, lagu itu mengandung filosofi kuat. Sepenggal liriknya, ”Menyerang tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan, kesaktian tanpa ajian, kekayaan tanpa kemewahan,”. Lirik itu ajaran kerendahhatian.
Ki Jarot adalah kelompok musik gabungan penyanyi hip hop Jawa Marzuki Mohammad alias Kill The DJ alias Chebolang, Jahanam, dan Rotra. Mereka konsisten menyanyikan lagu rap dengan lirik berbahasa Jawa. Mereka mempertemukan musik afro-amerika dengan tradisi Jawa. Lagu Jahanam berjudul ”Tumini” sempat diputar berulang di televisi nasional.
”Hiphopdiningrat”
Perjalanan komunitas direkam pada film dokumenter ”Hiphopdiningrat”. Film berbahasa Jawa itu diputar pertama pada Festival Film Dokumenter (FFD) 2010, pekan lalu.
Film karya Marzuki dan Chandra Hutagaol tersebut merupakan kumpulan dokumentasi kegiatan komunitas Jogja Hip Hop Foundation 2003-2009. Isinya, perjalanan komunitas anak muda Yogyakarta yang bertahan dengan identitas ndesonya di tengah kuatnya pengaruh budaya Barat.
Hip hop bahasa Jawa muncul tahun 90-an dengan salah satu pentolannya, G-Stripe. Tahun 2003, Marzuki membentuk komunitas Jogja Hip Hop Foundation mewadahi kelompok musik hip hop Jawa itu. Ia menggandeng sinden terkenal Soimah, mempertebal sentuhan tradisi Jawa pada lagu-lagu mereka.
Saat menyanyi, gaya mereka khas penyanyi rap. Kacamata hitam, sepatu kets, dan topi terbalik. Namun, mereka selalu berbaju batik sebagai identitas. Musik hip hop itu pun sarat petuah dan filosofi Jawa. Bukan sumpah serapah.
Komunitas mereka khas. Sebagian besar anggota komunitas datang dari perkampungan dan teman nongkrong di jalanan. Lahirnya hip hop Jawa pun alami dan sederhana. ”Tak ada tendensi apa-apa saat menyanyi hip hop Jawa ini. Hanya ingin ngerap, tapi dengan bahasa yang kami kenal sehari-hari, bahasa Jawa,” kata Marzuki.
Poetry Battle
Eksistensi hip hop Jawa ditandai hajatan Poetry Battle (2006 dan 2009) yang diadakan Jogja Hip Hop Foundation. Peserta ditantang menyanyikan puisi-puisi Indonesia dalam musik rap. Kegiatan itu menggerakkan generasi muda menggeluti puisi-puisi yang lama terasing dari publiknya sendiri.
”Ini luar biasa, anak-anak muda ini berpuisi, menggali sastra yang lama terasing dari masyarakatnya sendiri, tanpa mereka sendiri menyadarinya,” kata Landung Simatupang, budayawan yang juga narasumber film ”Hiphopdiningrat”.
Lalu, lahirlah lagu ”Ngelmu Pring” yang liriknya diambil dari puisi Sindhunata. Bait-bait Serat Chentini pun lahir kembali.
Kini, pengaruh komunitas hip hop Jawa itu berkembang. Anggotanya dari anak SD sampai anak kuliahan. Tak sedikit dari kalangan tak mampu.
Muhammad Setiawan (15), anggota kelompok musik hip hop di Kampung Sayidan, mengatakan, di kampungnya ada dua kelompok beranggota belasan orang. ”Kami pada mulanya teman nongkrong, akhirnya jadi kelompok rap karena suka,” kata anak pedagang gorengan itu.
Di kancah internasional, hip hop Jawa kian dikenal. Pada 2009, Ki Jarot tampil di Singapura. Januari 2011, ia diundang tampil di Amerika Serikat.
Menurut budayawan Sindhunata, fenomena hip hop bahasa Jawa ini wujud kerinduan generasi muda kembali ke akar budayanya.
”Selama ini ada kekosongan di sini. Hip hop Jawa merupakan cara anak-anak muda menjawab kekosongan ini,” katanya.
Penulis dan peneliti budaya Elizabeth Inandiak mengatakan, komunitas itu salah satu keistimewaan Yogyakarta. Dari komunitas anak-anak muda, hip hop Jawa menyatukan Yogyakarta dalam Jogja Istimewa.(IRENE SARWINDANINGRUM)
Hiphop van Yogyakarta
Hip Hop van Yogyakarta
Felix Dass | Sun, 01/02/2011 10:29 AM | Music
Marzuki Mohammad a.k.a. Kill the DJ probably started the Yogya Hip-Hop Foundation simply to get recognition in Yogyakarta’s artsy environment. But, years later, he has found himself on the front lines, part of the arsenal in his own cultural revolution.
Hiphop Diningrat, a documentary he made with co-director Chandra Hutagaol, shows one side of Yogyakarta’s current cultural revolution: rap music – a genre not often associated with Indonesia – combined with Javanese lyrics.
The hip-hop scene in Yogyakarta is a perfect model for how a community can grow and have a proper breadth of activities. They do everything with their own hands, just like the punks of days gone by. They book their own gigs, make their own recordings and do their own distribution and advertising just so their music will be heard by a wider audience.
“It’s all about honesty. That’s the best thing to be said, right?” Kill the DJ said.
They are proud of being Javanese and living in Yogyakarta, a city which is undoubtedly known for its cultural heritage. But, they also love rap music, something that at some point was imported from the western world. They mix these interests by rapping – but in the Javanese language.
“It’s not traditional, but it is an effort to understand our own culture,” he said.
The documentary shows how members of hip-hop groups survive, pursuing their passion for hip-hop music at all costs. Members of Jahanam, a Yogyakarta-based hip-hop group, tell of hunting for hip-hop outfits in awul-awul, Yogyakarta’s term for a flea market, while members of Rotra discuss their drive to create hip-hop in Javanese.
Rotra’s main reference was G-Tribe, a rap collective from the 1990s that shook the industry with a Javanese language rap album. “G-Tribe was one of my inspirations,” Kill the DJ said.
Hiphop Diningrat also features commentary from Indonesia’s first major label rapper from the early 90s Iwa K, professor of culture Sindhunata, Yogyakarta’s greatest world music artist Djaduk Ferianto, monologue maestro Butet Kertaredjasa and Batak-born poet and Yogyakarta resident Landung Simatupang.They all speak respectfully about the amalgamation of west and east created by the Yogya Hip-Hop Foundation.
Upon the movie’s conclusion, one realizes a marvelous picture of this group of people was just unveiled. Hiphop Diningrat is scheduled for public screening sometime in 2011. The film will also be shown on a United States tour, when the friends will visit San Francisco and New York in January.
However, Kill the DJ was entirely correct when he said, “These are all simple processes. The movie is an effort to shoot a document of what we have done. We let the movie speak, not ourselves.”
Kill the DJ can also be followed on Twitter at www.twitter.com/KILDDJ.
Felix Dass | Sun, 01/02/2011 10:29 AM | Music
Marzuki Mohammad a.k.a. Kill the DJ probably started the Yogya Hip-Hop Foundation simply to get recognition in Yogyakarta’s artsy environment. But, years later, he has found himself on the front lines, part of the arsenal in his own cultural revolution.
Hiphop Diningrat, a documentary he made with co-director Chandra Hutagaol, shows one side of Yogyakarta’s current cultural revolution: rap music – a genre not often associated with Indonesia – combined with Javanese lyrics.
The hip-hop scene in Yogyakarta is a perfect model for how a community can grow and have a proper breadth of activities. They do everything with their own hands, just like the punks of days gone by. They book their own gigs, make their own recordings and do their own distribution and advertising just so their music will be heard by a wider audience.
“It’s all about honesty. That’s the best thing to be said, right?” Kill the DJ said.
They are proud of being Javanese and living in Yogyakarta, a city which is undoubtedly known for its cultural heritage. But, they also love rap music, something that at some point was imported from the western world. They mix these interests by rapping – but in the Javanese language.
“It’s not traditional, but it is an effort to understand our own culture,” he said.
The documentary shows how members of hip-hop groups survive, pursuing their passion for hip-hop music at all costs. Members of Jahanam, a Yogyakarta-based hip-hop group, tell of hunting for hip-hop outfits in awul-awul, Yogyakarta’s term for a flea market, while members of Rotra discuss their drive to create hip-hop in Javanese.
Rotra’s main reference was G-Tribe, a rap collective from the 1990s that shook the industry with a Javanese language rap album. “G-Tribe was one of my inspirations,” Kill the DJ said.
Hiphop Diningrat also features commentary from Indonesia’s first major label rapper from the early 90s Iwa K, professor of culture Sindhunata, Yogyakarta’s greatest world music artist Djaduk Ferianto, monologue maestro Butet Kertaredjasa and Batak-born poet and Yogyakarta resident Landung Simatupang.They all speak respectfully about the amalgamation of west and east created by the Yogya Hip-Hop Foundation.
Upon the movie’s conclusion, one realizes a marvelous picture of this group of people was just unveiled. Hiphop Diningrat is scheduled for public screening sometime in 2011. The film will also be shown on a United States tour, when the friends will visit San Francisco and New York in January.
However, Kill the DJ was entirely correct when he said, “These are all simple processes. The movie is an effort to shoot a document of what we have done. We let the movie speak, not ourselves.”
Kill the DJ can also be followed on Twitter at www.twitter.com/KILDDJ.
Surat Penghargaan Kraton untuk lagu ‘Jogja Istimewa’
Pagi ini, 14 Februari 2011, tepat di hari Valentine dan pengumuman Grammy Award, saya dikejutkan oleh seorang pegawai Kraton yang datang ke rumah dan mengantarkan surat penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Jogja Hip Hop Foundation atas penciptaan dan dipopulerkannya lagu Jogja Istimewa. Mewakili teman-teman Ki Jarot (Kill the DJ, Jahanam, Rotra), saya menyampaikan terima kasih setinggi-tingginya kepada Kraton Yogyakarta Hadiningrat atas apresiasi ini.
Penghargaan ini juga keunikan tersendiri bagi Kraton, dibalik kesan tradisional, mereka memberikan ruang apresiasi dan ekspresi untuk jenis musik hip-hop yang kami usung. Sesungguhnya, tradisi justru akan terus menemukan ruang eksistensinya ketika mampu bersinggungan dengan kekinian.
Menjadi sesuatu hal yang luar biasa ketika kami berada di atas panggung, dimana Raja dan Rakyat duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, bersama menyanyikan lagu Jogja Istimewa. Kami haru dan bangga, bahwa lagu ini bisa menjadi lagu rakyat Yogyakarta dan telah dinyanyikan di berbagai acara besar dan bersejarah bagi rakyat Yogyakarta.
Semoga tujuan lagu Jogja Istimewa selamanya abadi, yaitu sebagai penyemangat sekaligus pengingat akan nilai-nilai kerakyatan.
Tembusan Surat:
1. Ngersa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengkubhuwono X
2. KGPH Hadiwinoto, Penghageng KHP Parasrayabudya Karaton
3. GBPH H Prabukusumo SPsy, Penghageng KHP Nityabudaya Karaton
4. Drs GBPH H Yudaningrat MM, Penghageng KHP Parwabudaya Karaton
1. Ngersa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Sri Sultan Hamengkubhuwono X
2. KGPH Hadiwinoto, Penghageng KHP Parasrayabudya Karaton
3. GBPH H Prabukusumo SPsy, Penghageng KHP Nityabudaya Karaton
4. Drs GBPH H Yudaningrat MM, Penghageng KHP Parwabudaya Karaton
jogja hip hop foundation , rap jawa dan musik hip hop
Punya gaya yang beda tapi nggak pernah lupa sama budaya bangsa,gaya yang nyeleneh dan suka nyentil tapi masih sopan santun walau sedikit usil. Yupz, dialah Jogja HipHop Foundation,anak-anak asli dari Jogja yang doyan cuap-cuap dengan iringan musik HipHop ini mulai berani nunjukkin gigi di dunia musik Indonesia.
Jogja HipHop Foundation (JHF) yang awal dibentuk tahun 2003,didirikan oleh Mohamad Marjuki yang biasa dikenal dengan Kill The DJ disuport juga oleh grup hiphop asli Jogja lainnya yaitu Jahanam (Heri Wiyoso a.k.a M2MX dan Balance Perdana Putra a.k.a Ngila) dan Rotra (Janu Prihaminanto a.k.a ki Ageng Gantas dan Lukman Hakim a.k.a Raja Pati). JHF sendiri sebenarnya adalah sebuah komunitas raper di Jogja yang sifatnya nggak mengikat, jadi boleh keluar masuk semaunya dan nggak ada paksaan.
Grup rap HipHop berbahasa Jawa ini selalu membawa kritikan sosial dan politik dalam setiap syairnya. Jadi kalo ngerti bahasa Jawa, isinya memang dahsyat banget karena kita bisa tahu maksud apa yang bakal mereka bawa.
Baju batik,topi dan sepatu kets adalah ciri khas bagi mereka sewaktu manggung, yang alasannya demi kesetiaan mereka untuk berekspresi disamping selalu nunjukkin irama musik Jawa di dalam hasil karyamereka. Dari keunikan merekalah, sebuah produk prosessor komputer mau jadiin mereka sebagai bintang iklan di tv dalam bentuk sebuah film pendek dokumenter bikinan JHF sendiri yang ceritanya perjalanan selama tujuh tahun Komunitas Jogja Hip Hop Foundation yang berjudul "Hip Hop Diningrat".
Tembang rap hiphop yang membawa mereka tenar sekarang ini adalah “Jogja Istimewa” yang isinya rasa bangga akan daerah kelahiran mereka. Menurut sang pentolan, Mohamad Marjuki(Kill The DJ) "lirik dan syair Jogja Istimewa diambil dari kata-kata yang bersejarah oleh para tokoh pendiri bangsa, saya hanya memodifikasinya. Jadi kalo bilang liriknya arogan, silahkan komplain sama Soekarno, M Hatta, Sultan HB9, Ki Hajar Dewantoro dll.
"
"
Jumat, 03 Februari 2012
Ngelmu Pring [Rotra]
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Pring deling, tegese kendel lan eling
Kendel marga eling, timbang nggrundel nganti suwing
Pring kuwi suket, dhuwur tur jejeg
Rejeki seret, rasah dha buneg
Pring ori, urip iku mati
Kabeh sing urip mesti bakale mati
Pring apus, urip iku lampus
Dadi wong urip aja seneng apus-apus
Pring petung, urip iku suwung
Sanajan suwung nanging aja padha bingung
Pring wuluh, urip iku tuwuh
Aja mung embuh, ethok-ethok ora weruh
Pring cendani, urip iku wani
Wani ngadepi, aja mlayu marga wedi
Pring kuning, urip iku eling
Wajib padha eling, eling marang Sing Peparing
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Pring iku mung suket,
Ning omah asale seka pring,
Usuk seka pring,
Cagak seka pring,
Gedhek iku pring,
Lincak uga pring,
Kepang cetha pring,
Tampare ya mung pring
Kalo, tampah, serok, asale seka pring
Pikulan, tepas, tenggok, digawe nganggo pring
Mangan enak, mancing iwak, walesane ya pring
Jangan bung, aku gandrung, jebule bakal pring
Nek ngono pancen penting, kabeh sing nang nggon wit pring
Pancen penting tumraping manungsa sing dha eling
Eling awake, eling pepadhane, eling patine, lan eling Gustine
Wong urip kudu eling, iso urip seka pring
Tekan titi wancine ya digotong nganggo pring
Bali nang ngisor lemah, padha ngisor oyot pring
Mulane padha eling, elinga Sing Peparing
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Ora bakal bubrah marga iso melur
Kena dinggo mikul, ning aja ketungkul
Urip kuwi abot, ja digawe abot
Akeh repot, sak trek ora amot
Mulane uripmu aja dha kaku
Melura, pasraha, ra sah dha nesu
Aja mangu-mangu ning terus mlaku
Sanajan ro ngguyu aja lali wektu
Kowe bakal bisa urip rekasa
Ning kudu percaya uga sregep ndonga
Gusti paringana, luwih pangapura
Marang kawula ingkang kathah lepat lan dosa
Aja nggresula, aja wedi
Dudu kowe, ning Gusti sing mesti luwih ngerti
Ngatur urip lan mati,
Nyukupi rejeki,
Paring tentreming ati,
Cukup sandang pangan papan,
Bakal mukti pakarti
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Pring deling, tegese kendel lan eling
Kendel marga eling, timbang nggrundel nganti suwing
Pring kuwi suket, dhuwur tur jejeg
Rejeki seret, rasah dha buneg
Pring ori, urip iku mati
Kabeh sing urip mesti bakale mati
Pring apus, urip iku lampus
Dadi wong urip aja seneng apus-apus
Pring petung, urip iku suwung
Sanajan suwung nanging aja padha bingung
Pring wuluh, urip iku tuwuh
Aja mung embuh, ethok-ethok ora weruh
Pring cendani, urip iku wani
Wani ngadepi, aja mlayu marga wedi
Pring kuning, urip iku eling
Wajib padha eling, eling marang Sing Peparing
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Pring iku mung suket,
Ning omah asale seka pring,
Usuk seka pring,
Cagak seka pring,
Gedhek iku pring,
Lincak uga pring,
Kepang cetha pring,
Tampare ya mung pring
Kalo, tampah, serok, asale seka pring
Pikulan, tepas, tenggok, digawe nganggo pring
Mangan enak, mancing iwak, walesane ya pring
Jangan bung, aku gandrung, jebule bakal pring
Nek ngono pancen penting, kabeh sing nang nggon wit pring
Pancen penting tumraping manungsa sing dha eling
Eling awake, eling pepadhane, eling patine, lan eling Gustine
Wong urip kudu eling, iso urip seka pring
Tekan titi wancine ya digotong nganggo pring
Bali nang ngisor lemah, padha ngisor oyot pring
Mulane padha eling, elinga Sing Peparing
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Ora bakal bubrah marga iso melur
Kena dinggo mikul, ning aja ketungkul
Urip kuwi abot, ja digawe abot
Akeh repot, sak trek ora amot
Mulane uripmu aja dha kaku
Melura, pasraha, ra sah dha nesu
Aja mangu-mangu ning terus mlaku
Sanajan ro ngguyu aja lali wektu
Kowe bakal bisa urip rekasa
Ning kudu percaya uga sregep ndonga
Gusti paringana, luwih pangapura
Marang kawula ingkang kathah lepat lan dosa
Aja nggresula, aja wedi
Dudu kowe, ning Gusti sing mesti luwih ngerti
Ngatur urip lan mati,
Nyukupi rejeki,
Paring tentreming ati,
Cukup sandang pangan papan,
Bakal mukti pakarti
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Ati kudu teteg ja nganti urip ketakol
Pring reketeg gunung gamping ambrol,
Uripa sing jejeg nek ra eling jebol
Negara Dalam Keadaan Bahaya [Kill The Dj]
Jangan bertanya apa yang negara berikan kepadamu, tapi kenapa tidak memberikan apa-apa dari dulu
Negara dalam keadaan bahaya
Penguasa lupa amanat rakyatnya
Menutup mata derita bangsanya
Pertiwi manangis merintih dan berdoa
Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan bahaya
Karena penguasa dan mafia bekerjasama
Demokrasi digadaikan dan tersandra (Dusta)
Di mimbar mengumbar janji
Janji bohong dan bohong lagi
Rakyat sudah lelah memaklumi
Mau dibawa kemana negeri ini?
Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan bahaya
Politisi tanpa moral dan etika, pamer kebusukan di media, rakyat hanya bisa mengelus dada
Wakil miring di gedung rakyat
Bersatu padu dalam kongsi jahat
Musyawarah mufakat tuk menipu rakyat
Lupa siapa yang memberi amanat (Bangsat)
Negara dalam keadaan bahaya
Penguasa lupa amanat rakyatnya
Menutup mata derita bangsanya
Pertiwi manangis merintih dan berdoa
Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan Bahaya
Karena penguasa lupa dasar negara
Di balik jubah agama menipu tuhan pun bisa
Minoritas beribadah dalam ancaman
Negara gagal memberi rasa aman
Bhineka Tunggal Ika mati di Jalanan
Inilah orde pembangunan jalan kehancuran
Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan bahaya
Karena tanah kaya bukan lagi milik rakyatnya
Mereka tersingkir dari tanah leluhurnya
Warga mendesak perubahan di Jakarta
Di daerah ada yang ingin merdeka
NKRI adalah omong kosong belaka
Tanpa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Negara dalam keadaan bahaya
Penguasa lupa amanat rakyatnya
Menutup mata derita bangsanya
Pertiwi manangis merintih dan berdoa
Lagu ini adalah surat dari rakyat
Kepada para pemegang amanat
Cinta rakyat pada negeri ini tanpa syarat
Hingga badan dikandung hayat
Lihatlah rakyat terus bekerja
Susah payah tiada kata putus asa
Bercerminlah di kalbu mereka
Maka akan kau pahami apa itu Indonesia
Negara dalam keadaan bahaya
Penguasa lupa amanat rakyatnya
Menutup mata derita bangsanya
Pertiwi manangis merintih dan berdoa
Negara dalam keadaan bahaya
Penguasa lupa amanat rakyatnya
Menutup mata derita bangsanya
Pertiwi manangis merintih dan berdoa
Anak negeri yang mati di lumbung padi
Mengirim kabar pada pertiwi
Negara gagal melindungi kami
Masyarakat adil makmur hanya mimpi
Negara dalam keadaan bahaya
Penguasa lupa amanat rakyatnya
Menutup mata derita bangsanya
Pertiwi manangis merintih dan berdoa
Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan bahaya
Karena penguasa dan mafia bekerjasama
Demokrasi digadaikan dan tersandra (Dusta)
Di mimbar mengumbar janji
Janji bohong dan bohong lagi
Rakyat sudah lelah memaklumi
Mau dibawa kemana negeri ini?
Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan bahaya
Politisi tanpa moral dan etika, pamer kebusukan di media, rakyat hanya bisa mengelus dada
Wakil miring di gedung rakyat
Bersatu padu dalam kongsi jahat
Musyawarah mufakat tuk menipu rakyat
Lupa siapa yang memberi amanat (Bangsat)
Negara dalam keadaan bahaya
Penguasa lupa amanat rakyatnya
Menutup mata derita bangsanya
Pertiwi manangis merintih dan berdoa
Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan Bahaya
Karena penguasa lupa dasar negara
Di balik jubah agama menipu tuhan pun bisa
Minoritas beribadah dalam ancaman
Negara gagal memberi rasa aman
Bhineka Tunggal Ika mati di Jalanan
Inilah orde pembangunan jalan kehancuran
Bahaya! Bahaya!
Negara dalam keadaan bahaya
Karena tanah kaya bukan lagi milik rakyatnya
Mereka tersingkir dari tanah leluhurnya
Warga mendesak perubahan di Jakarta
Di daerah ada yang ingin merdeka
NKRI adalah omong kosong belaka
Tanpa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Negara dalam keadaan bahaya
Penguasa lupa amanat rakyatnya
Menutup mata derita bangsanya
Pertiwi manangis merintih dan berdoa
Lagu ini adalah surat dari rakyat
Kepada para pemegang amanat
Cinta rakyat pada negeri ini tanpa syarat
Hingga badan dikandung hayat
Lihatlah rakyat terus bekerja
Susah payah tiada kata putus asa
Bercerminlah di kalbu mereka
Maka akan kau pahami apa itu Indonesia
Negara dalam keadaan bahaya
Penguasa lupa amanat rakyatnya
Menutup mata derita bangsanya
Pertiwi manangis merintih dan berdoa
Negara dalam keadaan bahaya
Penguasa lupa amanat rakyatnya
Menutup mata derita bangsanya
Pertiwi manangis merintih dan berdoa
Anak negeri yang mati di lumbung padi
Mengirim kabar pada pertiwi
Negara gagal melindungi kami
Masyarakat adil makmur hanya mimpi
Busung Lapar di Lumbung Padi [Kill The Dj]
Busung Lapar di Lumbung Padi
Anak Bangsa Mati Pemerintah Tak Peduli
Busung Lapar di Lumbung Padi
Negeri Subur Makmur Hancur Karena Korupsi
Busung Lapar di Lumbung Padi
Anak Bangsa Mati Pemerintah Tak Peduli
Busung Lapar di Lumbung Padi
Negeri Subur Makmur Hancur Karena Korupsi
Kata orang Indonesia Negeri Subur Makmur
Tonggak Kayu di Batu, Bisa Jadi Tanaman
Tapi Jika Para Pemimpin Kita Takabur
Terintislah Ambang Jalan, Menuju Kehancuran
Petani Tak Lagi Punya sawah
Anak-anaknya Jadi TKI
Sumber Alam Yang Melimpah
Digadaikan utang luar negeri
Suara Rakyat - Suara Tuhan
Deritanya Pun Demikian
Pemimpin Kita Tak Bisa Mendengar
Karena Bersekutu dengan Juragan
Jika Kita Bermimpi Perubahan
Berdoa Saja Tak Cukup Kawan
Tuhan Meminta Kita Berperan
Maka Rapatkanlah Barisan dan Lawan
Busung Lapar di Lumbung Padi
Anak Bangsa Mati Pemerintah Tak Peduli
Busung Lapar di Lumbung Padi
Negeri Subur Makmur Hancur Karena Korupsi
Busung Lapar di Lumbung Padi
Anak Bangsa Mati Pemerintah Tak Peduli
Busung Lapar di Lumbung Padi
Negeri Subur Makmur Hancur Karena Korupsi
Karena Kerbau Suka Berendam di Lumpur
Itulah Kenapa Pemberantasan Korupsi Luntur
Tapi KPK Tidak Boleh Hancur
Maka Dukungan Kita Jangan Sampai Kendur
Mungkin Kita Akan Gagal
Mungkin Kita Tak Didengar
Karena Keadilan Tersumbat Uang
Tapi Jangan Menyerah Kawan
Tiap Perjuangan Keadilan
Apapun Hasilnya Itu Menanam
Benih-Benih Perubahan
Tunas Kebaikan di Masa Depan
Kalau Pemerintah Kita Lamban
Jangan Hanya Mengeluh Kawan
Tuhan Meminta Kita Berperan
Maka Rapatkanlah Barisan dan Lawan
Busung Lapar di Lumbung Padi
Anak Bangsa Mati Pemerintah Tak Peduli
Busung Lapar di Lumbung Padi
Negeri Subur Makmur Hancur Karena Korupsi
Busung Lapar di Lumbung Padi
Anak Bangsa Mati Pemerintah Tak Peduli
Busung Lapar di Lumbung Padi
Negeri Subur Makmur Hancur Karena Korupsi
Anak Bangsa Mati Pemerintah Tak Peduli
Busung Lapar di Lumbung Padi
Negeri Subur Makmur Hancur Karena Korupsi
Busung Lapar di Lumbung Padi
Anak Bangsa Mati Pemerintah Tak Peduli
Busung Lapar di Lumbung Padi
Negeri Subur Makmur Hancur Karena Korupsi
Kata orang Indonesia Negeri Subur Makmur
Tonggak Kayu di Batu, Bisa Jadi Tanaman
Tapi Jika Para Pemimpin Kita Takabur
Terintislah Ambang Jalan, Menuju Kehancuran
Petani Tak Lagi Punya sawah
Anak-anaknya Jadi TKI
Sumber Alam Yang Melimpah
Digadaikan utang luar negeri
Suara Rakyat - Suara Tuhan
Deritanya Pun Demikian
Pemimpin Kita Tak Bisa Mendengar
Karena Bersekutu dengan Juragan
Jika Kita Bermimpi Perubahan
Berdoa Saja Tak Cukup Kawan
Tuhan Meminta Kita Berperan
Maka Rapatkanlah Barisan dan Lawan
Busung Lapar di Lumbung Padi
Anak Bangsa Mati Pemerintah Tak Peduli
Busung Lapar di Lumbung Padi
Negeri Subur Makmur Hancur Karena Korupsi
Busung Lapar di Lumbung Padi
Anak Bangsa Mati Pemerintah Tak Peduli
Busung Lapar di Lumbung Padi
Negeri Subur Makmur Hancur Karena Korupsi
Karena Kerbau Suka Berendam di Lumpur
Itulah Kenapa Pemberantasan Korupsi Luntur
Tapi KPK Tidak Boleh Hancur
Maka Dukungan Kita Jangan Sampai Kendur
Mungkin Kita Akan Gagal
Mungkin Kita Tak Didengar
Karena Keadilan Tersumbat Uang
Tapi Jangan Menyerah Kawan
Tiap Perjuangan Keadilan
Apapun Hasilnya Itu Menanam
Benih-Benih Perubahan
Tunas Kebaikan di Masa Depan
Kalau Pemerintah Kita Lamban
Jangan Hanya Mengeluh Kawan
Tuhan Meminta Kita Berperan
Maka Rapatkanlah Barisan dan Lawan
Busung Lapar di Lumbung Padi
Anak Bangsa Mati Pemerintah Tak Peduli
Busung Lapar di Lumbung Padi
Negeri Subur Makmur Hancur Karena Korupsi
Busung Lapar di Lumbung Padi
Anak Bangsa Mati Pemerintah Tak Peduli
Busung Lapar di Lumbung Padi
Negeri Subur Makmur Hancur Karena Korupsi
Rep Kedhep [JHF]
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Telanjang bulan malam dan terus berputar
Remang terang lelaki ku berjalan di ufuk fajar
Mandi ku embun-embun rapal
Oh..rep kedhep..rep kedhep
Rara Subaningsih kini telah datang
Berkendara binatang, turun tanpa diramal
Lalu lelakiku pun disandarkanya ke awan
Diberinya aku dengan permata rapal
Lawanku yang sangar sekarang jadi kawan
Lelakiku yang kejam sekarang jadi sahabat
Mungkin karena terselimuti daun kehidupan
Juga berpayungkan belenggu rapal
Daun pulih yang dipetik oleh mbah Koir
Dari karang kreta ia lalu mampir
Lalu lelakiku di olesinya dengan kunir
Rapal nya yang hijau dari daun kenikir
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Tiada yang berani
Goda terbirit lari
Lelaki nyanyikan rapal dengan berapi-api
Batu hitam singgahsana
Gemerlap kilat mata
Gada kencana pria
Marjan emas rapalnya
Peri perayangan hilang (sirna)
segala ketakutan
Laki bulat telanjang
Terangi dengan rapal
Dinyalakan dengan api beribu puji
Gelap terang mewangi harumnya rapal melati
Obor-obor malam gemerlapan
Lelakiku lebur dalam mata air bulan
Sariman bagong terbang
Menghujaniku dengan ludah-ludah rapal
Juh..juh..juh..juh..
Datang berduyun dari jaratan
Beribu ribu kemamang
Lelakiku terang ditetesi nyala rapal
Sudah datang hari pagi
Bergerimiskan matahari
Le Lelakiku sudah tiada lagi
Di ditelan rapal-rapal membunyi
Lelakiku kulakiku lekilaki kulakiku kulakila leki kamu
Mu..mu..dirimu
Sirna sudah nafasku
Hilang sudah mau jasad ku
Tenang tentram hasrat lelakiku
Pu..pu..pulang dalam d..damai rumah mu
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Telanjang bulan malam dan terus berputar
Remang terang lelaki ku berjalan di ufuk fajar
Mandi ku embun-embun rapal
Oh..rep kedhep..rep kedhep
Rara Subaningsih kini telah datang
Berkendara binatang, turun tanpa diramal
Lalu lelakiku pun disandarkanya ke awan
Diberinya aku dengan permata rapal
Lawanku yang sangar sekarang jadi kawan
Lelakiku yang kejam sekarang jadi sahabat
Mungkin karena terselimuti daun kehidupan
Juga berpayungkan belenggu rapal
Daun pulih yang dipetik oleh mbah Koir
Dari karang kreta ia lalu mampir
Lalu lelakiku di olesinya dengan kunir
Rapal nya yang hijau dari daun kenikir
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Tiada yang berani
Goda terbirit lari
Lelaki nyanyikan rapal dengan berapi-api
Batu hitam singgahsana
Gemerlap kilat mata
Gada kencana pria
Marjan emas rapalnya
Peri perayangan hilang (sirna)
segala ketakutan
Laki bulat telanjang
Terangi dengan rapal
Dinyalakan dengan api beribu puji
Gelap terang mewangi harumnya rapal melati
Obor-obor malam gemerlapan
Lelakiku lebur dalam mata air bulan
Sariman bagong terbang
Menghujaniku dengan ludah-ludah rapal
Juh..juh..juh..juh..
Datang berduyun dari jaratan
Beribu ribu kemamang
Lelakiku terang ditetesi nyala rapal
Sudah datang hari pagi
Bergerimiskan matahari
Le Lelakiku sudah tiada lagi
Di ditelan rapal-rapal membunyi
Lelakiku kulakiku lekilaki kulakiku kulakila leki kamu
Mu..mu..dirimu
Sirna sudah nafasku
Hilang sudah mau jasad ku
Tenang tentram hasrat lelakiku
Pu..pu..pulang dalam d..damai rumah mu
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Pring pring petung, anjang-anjang peli bunting
Ojo menggok ojo noleh, ono turuk gomblah gambleh
Jula Juli Guru [Jahanam]
Aku ngelak tak ombeni ciu
Botole putih njerone biru
Aku seneng dadi guru
Masio mendhem tetep digugu
Wadhuh-dhuh-dhuh cek enake
Ciuku cap guru lan murid
Wadhuh-dhuh-dhuh cek nasipe
Gajiku thitik mung dadi silit
Guru iku conto sing ditiru
Guru iku conto sing digugu
Budhal ngajar jo nganti telat
Tingkah lakune jo no sing keliru
Ilmu guru perlu ditingkatna
Senajan kesel kudu sregep maca
Saiki jamane wis maju berkembang
Guru ra leh kesed ben ra ketinggalan
Guru iku wakile wong tuwa
Dipasrahi ndhidhik anak bisa dadi utama
Mula guru kudu ngadohi penggodha
Uripe sacukupe, sederhana lan prasaja
Bapak - Bapak Ibu - Ibu Mula dulur elinga pepatah iki:
Guru kencing berdiri, murid kencing berlari
Artine, guru tansah eling lan ati-ati
Ojo nganti dheke dhewe sing malah kencing berlari
Aku ngelak tak ombeni ciu
Botole putih njerone biru
Aku seneng dadi guru
Masio mendhem tetep digugu
Wadhuh-dhuh-dhuh cek enake
Ciuku cap guru lan murid
Wadhuh-dhuh-dhuh cek nasipe
Gajiku thitik mung dadi silit
Sekolahku adoh, hondaku tahun pitu lima
Disetater macet, eeh..kabulatore nggodha
Mula ku ra iso ora iso teko
Te’ng..pas jam pitu kurang lima
Aku wajib nagih SPP muridku
Nek nganti telat diseneni pimpinanku
Neng anakku dhewe nangis nganti kaku
Mergo sekolahe durung tak bayar ping telu
Mbengi kudune ngoreksi, malah tak gawe nyambi
Ngojek neng jurusan Brebah Gendhingsari
Bali tekan bengi awak kesel njaluk prei
PR murid-muridku ra sido tak koreksi
Jare dadi guru panggilan sing mulia
Nek kanggoku, guru nasib sing rekoso
Nasibe wong cilik sing kudu sengsoro
Ra iso disingkiri mung kudu ditrima
Aku ngelak tak ombeni ciu
Botole putih njerone biru
Aku seneng dadi guru
Masio mendhem tetep digugu
Wadhuh-dhuh-dhuh cek enake
Ciuku cap guru lan murid
Wadhuh-dhuh-dhuh cek nasipe
Gajiku thitik mung dadi silit
Timbang mikir nasib susahe
Trima mendhem mbangane luwe
Ilmu ilang kesingsal-singsal
Aku miber neng awang-awang
Tambah bengi ora tambah sepi
Tambah anget tambah menari
Dadak teko rombongan pulisi
Ana gropyokan kabeh mlayu wedi
Aku mlayu sandhalku keri
Kesusu malah nabrak pulisi
Aku kaget setengah mati
Pulisine malah tak rangkuli
Aku konangan nek guru negri
Guru kok mendhem, jare pak pulisi
Tak awur wae le ku nyauri
Sampeyan pulisi lha kok korupsi
Aku ngelak tak ombeni ciu
Botole putih njerone biru
Aku seneng dadi guru
Masio mendhem tetep digugu
Wadhuh-dhuh-dhuh cek enake
Ciuku cap guru lan murid
Wadhuh-dhuh-dhuh cek nasipe
Gajiku thitik mung dadi silit
Aku ngelak tak ombeni ciu
Botole putih njerone biru
Aku seneng dadi guru
Masio mendhem tetep digugu
Wadhuh-dhuh-dhuh cek enake
Ciuku cap guru lan murid
Wadhuh-dhuh-dhuh cek nasipe
Gajiku thitik mung dadi silit
Botole putih njerone biru
Aku seneng dadi guru
Masio mendhem tetep digugu
Wadhuh-dhuh-dhuh cek enake
Ciuku cap guru lan murid
Wadhuh-dhuh-dhuh cek nasipe
Gajiku thitik mung dadi silit
Guru iku conto sing ditiru
Guru iku conto sing digugu
Budhal ngajar jo nganti telat
Tingkah lakune jo no sing keliru
Ilmu guru perlu ditingkatna
Senajan kesel kudu sregep maca
Saiki jamane wis maju berkembang
Guru ra leh kesed ben ra ketinggalan
Guru iku wakile wong tuwa
Dipasrahi ndhidhik anak bisa dadi utama
Mula guru kudu ngadohi penggodha
Uripe sacukupe, sederhana lan prasaja
Bapak - Bapak Ibu - Ibu Mula dulur elinga pepatah iki:
Guru kencing berdiri, murid kencing berlari
Artine, guru tansah eling lan ati-ati
Ojo nganti dheke dhewe sing malah kencing berlari
Aku ngelak tak ombeni ciu
Botole putih njerone biru
Aku seneng dadi guru
Masio mendhem tetep digugu
Wadhuh-dhuh-dhuh cek enake
Ciuku cap guru lan murid
Wadhuh-dhuh-dhuh cek nasipe
Gajiku thitik mung dadi silit
Sekolahku adoh, hondaku tahun pitu lima
Disetater macet, eeh..kabulatore nggodha
Mula ku ra iso ora iso teko
Te’ng..pas jam pitu kurang lima
Aku wajib nagih SPP muridku
Nek nganti telat diseneni pimpinanku
Neng anakku dhewe nangis nganti kaku
Mergo sekolahe durung tak bayar ping telu
Mbengi kudune ngoreksi, malah tak gawe nyambi
Ngojek neng jurusan Brebah Gendhingsari
Bali tekan bengi awak kesel njaluk prei
PR murid-muridku ra sido tak koreksi
Jare dadi guru panggilan sing mulia
Nek kanggoku, guru nasib sing rekoso
Nasibe wong cilik sing kudu sengsoro
Ra iso disingkiri mung kudu ditrima
Aku ngelak tak ombeni ciu
Botole putih njerone biru
Aku seneng dadi guru
Masio mendhem tetep digugu
Wadhuh-dhuh-dhuh cek enake
Ciuku cap guru lan murid
Wadhuh-dhuh-dhuh cek nasipe
Gajiku thitik mung dadi silit
Timbang mikir nasib susahe
Trima mendhem mbangane luwe
Ilmu ilang kesingsal-singsal
Aku miber neng awang-awang
Tambah bengi ora tambah sepi
Tambah anget tambah menari
Dadak teko rombongan pulisi
Ana gropyokan kabeh mlayu wedi
Aku mlayu sandhalku keri
Kesusu malah nabrak pulisi
Aku kaget setengah mati
Pulisine malah tak rangkuli
Aku konangan nek guru negri
Guru kok mendhem, jare pak pulisi
Tak awur wae le ku nyauri
Sampeyan pulisi lha kok korupsi
Aku ngelak tak ombeni ciu
Botole putih njerone biru
Aku seneng dadi guru
Masio mendhem tetep digugu
Wadhuh-dhuh-dhuh cek enake
Ciuku cap guru lan murid
Wadhuh-dhuh-dhuh cek nasipe
Gajiku thitik mung dadi silit
Aku ngelak tak ombeni ciu
Botole putih njerone biru
Aku seneng dadi guru
Masio mendhem tetep digugu
Wadhuh-dhuh-dhuh cek enake
Ciuku cap guru lan murid
Wadhuh-dhuh-dhuh cek nasipe
Gajiku thitik mung dadi silit
Langganan:
Postingan (Atom)