Minggu, 01 April 2012

Awal Terbentuknya Jogja Hip Hop Foundation


JOGJA HIP HOP FOUNDATION
Indonesia patut bangga dengan hadirnya Jogja Hip Hop Foundation (JFH). Jerih payah mereka dalam mempopulerkan rap dalam bahasa Jawa telah membuahkan hasil yaitu dengan pembuktian mereka konser di Amerika Serikat beberapa waktu lalu.
Selain itu, mereka juga telah meluncurkan film dokumenter HIPHOPDININGRAT yang mendapat sambutan baik dari banyak orang. Inilah hasil obrolan FREE! bersama Marzuki Mohammad, salah satu pendiri JHF.  //Text by KiLLa . Photo by Moty

Bagaimana awal terbentuknya Jogja Hip Hop Foundation?

Aku bukan pioneer hip hop Jawa, ada teman-teman G-Tribe (1995) yang kemudian bubar, lahir kembali menjadi Kaludra, kemudian Rotra hingga sekarang. Setelah itu ada grup Jahanam (2002). Aku mengenal mereka sejak dulu, waktu itu aku masih bekerja di seni rupa dan electronic music. Tahun 2003 aku melihat aktivitas mereka agak lesu, akhirnya aku mendirikan JHF. Waktu itu aku belum nge-rap, hanya ingin membantu memproduseri dan mempromosikan mereka (java hip hop) melalui jalur yang aku pikir bisa dikerjakan dan ditempuh bersama. Sejak awal  aku hanya concern terhadap java hip hop, meskipun dalam beberapa proyek kreatif melibatkan berbagai macam crew hip hop di kota Jogja, termasuk yang berbahasa Indonesia atau Inggris. Aku baru mulai ikut ngerap tahun 2004, kemudian meninggalkan seni rupa dan electronic music.

Kenapa dinamakan Jogja Hip Hop Foundation?
Tidak ada alasan yang rumit sih, itu aku pilih karena spirit awalnya memang untuk empowerment, apa sih yang bisa kita kerjakan bersama melalui hip hop? Awalnya JHF adalah ruang tanpa tembok yang setiap orang bebas keluar masuk. Dia adalah wadah yang diciptakan untuk kita berproses dan berbagi. Namun pada akhirnya secara natural akan terseleksi juga siapa yang paling konsisten yaitu Ki Jarot, akronim dari Kill the DJ, Jahanam dan Rotra.

Siapa saja yang ada di Jogja Hiphop Foundation?
Marzuki Mohammad, Anto Gantas, Lukman, Balands dan M2MX.
Ceritakan tentang film dokumenter Hiphopdiningrat!
Aku bukan film maker meskipun berteman dengan banyak orang yang bekerja di dunia itu. Tapi secara pribadi, memang maniak melakukan pendokumentasian dan pengarsipan terhadap apa saja yang aku kerjakan. Sejak awal mendirikan JHF selalu berusaha sebaik-baiknya untuk mendokumentasikan semua peristiwa. Setalah 9 tahun, tumpukan arsip ini mau diapakan? Bisa jadi apa saja sebenarnya, tapi kalau jadi film documenter akan lebih menarik, akan menjadi wakil kita dimanapun untuk mempresentasikan diri kita. Juga akan menjadi catatan yang abadi dan bisa diakses oleh khalayak, sebuah penanda jaman.

Berapa lama kalian mengerjakan Hiphopdiningrat? 
Dibutuhkan energi yang banyak untuk menyelesaikan Hiphopdiningrat, hampir dua tahun. Tapi akhirnya hasilnya memuaskan juga.

Ada pengalaman seru selama kalian konser di Amerika?
Seru banget!!! Karena konser di New York adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Lagian kita diundang dan pentas ekslusif, bukan dalam rangka atau diundang oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di sana. Seru juga karena kita seperti orang dari kampung yang mendadak dipindahkan di sebuah dunia yang sangat kosmopolit bernama New York. Waktu kita bikin video klip di Time Square dengan segala tingkah polah kita juga jadi tontonan publik. Menghadiri block party di Bronx juga sangat special.

Bagaimana animo penonton di Amerika melihat aksi kalian?
Waktu itu kita pentas di sebuah auditorium dengan kapasitas 300 penonton. Kebanyakan penonton adalah produser, direktur festival, jurnalis dan peneliti. Sebenarnya kita pentas dimana pun akan sama saja. Yang paling penting kita memberikan energi yang jujur diatas panggung setelah itu terserah penontonnya mau gimana, tapi waktu itu sambutannya luar biasa dan kita puas. Dan yang lebih penting juga penonton juga puas menikmatinya, buktinya setelah pentas banyak tawaran untuk berbagai proyek di Amerika, hingga kini yang sudah pasti, kita akan tur 10 kota tahun 2012 di US.

Bagaimana perasaan kalian melihat banyak orang yg menikmati lagu kalian walapun tidak mengerti bahasa Jawa?
Kami percaya bahwa energi seni budaya mampu membangun komunikasi dan kesepahaman yang lebih mutualis. Apa yang kami kerjakan bukan sekedar produk yang diciptakan, tapi realitas, laku tidak laku akan terus seperti ini, bukan sekedar produk yang jika tidak laku di pasaran akan dibubarkan.

Bagaimana perkembangan musik Hip Hop di Jogjakarta sekarang ini?
Di periode di mana hip hop di pasar musik Indonesia tidak laku pun di Jogja tetap ramai, mungkin karena bahasa Jawa dan relasinya dengan tradisi juga sangat kental. Sekarang tambah ramai lagi, bahkan lagu kita 'Jogja Istimewa' sudah menjadi lagu rakyat yang dinyanyikan dalam acara-acara penting.

Next project?
Sedang dalam persiapan shooting product campaign untuk international brand yang sangat popular, tidak perlu disebutkan namanya, biar surprise.
Karena FREE! Magazine kali ini temanya 'Love Indonesia', apa yang kalian cintai dari Indonesia?
Banyak hal, tapi yang pasti bukan korupsinya.

Apa arti Indonesia bagi kalian?

Kebhinekaan yang menakjubkan. Semoga kita mampu merawatnya.
Apa yg kalian harapkan terhadap anak-anak muda Indonesia sekarang ini?
Yang muda, yang rukun, yang membangun dan yang akan memetik hasilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar